Peristiwa longsornya TPA Leuwigajah yang mengakibatkan tewasnya 156 warga di sekitar TPA pada tanggal 21 Pebruari 2005, menjadi catatan sejarah buruk bagi masyarakat Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Hujan deras yang mengguyur selama 3 hari berturut-turut, menyebabkan timbunan sampah Sekitar 2,7 juta meter kubik longsor menutupi wilayah permukiman penduduk.
Persis di hari Senin, tepatnya pukul 2.00 dinihari saat tumpukan sampah di TPA Leuwigajah longsor. Datang bak gelombang tsunami, sampah anorganik berupa plastik, gabus, kayu, hingga sampah organik menghantam dua pemukiman yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Pemukiman yang penuh kehidupan itu langsung luluh lantak tertimbun sampah meski berjarak satu kilometer lebih dari puncak tumpukan sampah.
Gunungan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter itu goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk dan terpicu konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah. Sampah di TPA itu memang menggunakan sistem open dumping yakni dibuang dan ditumpuk begitu saja.
Akibat kejadian tersebut, tercatat 156 orang meninggal dunia, belum termasuk harta benda yang lain. Inilah musibah yang barangkali tercatat pertama kali dalam sejarah peradaban manusia, ratusan nyawa melayang gara-gara tertimbun sampah. Tidak sedikit orang yang terpisah dengan kerabatnya.
Sejak saat itu setiap tanggal 21 Februari di laksanakan kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional dengan maksud menggugah kepedulian masyarakat akan pentingnya mengelola sampah dari sumbernya sehingga tidak akan menjadi musibah dan bencana di kemudian hari
PEMECAHAN REKOR MURI DAUR ULANG SAMPAH
Bersama BLH ( Badan Lingkungan Hidup) Kota Yogyakarta,pada tanggal 8 Maret di laksanakan Peringatan Hari Peduli Sampah berbarengan acara Car Free Day di sepanjang Jalan Margo Utomo ( ex. jl Mangkubumi ).
Tercatat dalam rekor MURI sebanyak 2206 peserta yang terdiri dari siswa-siswi sekolah Adiwiyata dan masyarakat dari perwakilan 45 Kelurahan.