Selasa 13 Desember 2016, menjadi salah satu hari bersejarah bagi SMP 2 Berau. Ya, di hari itu, SMP 2 berhasil meraih predikat sekolah adiwiyata tingkat nasional.
Penghargaan adiwiyata bagi sekolah, diberikan kepada sekolah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan yang sehat, bersih serta indah.
“Untuk Berau, SMP 2 Berau dan SMA 2 Berau yang mewakili provinsi ke tingkat nasional. Alhamdulillah untuk Kabupaten Berau, SMP 2 Berau yang berhasil mendapatkan predikat tersebut bersama 29 sekolah lainnya yang ada di Kaltim,” kata Ramli, Ketua Adiwiyata SMP 2 Berau saat ditemui di sekolah, Selasa (3/1).
Penghargaan yang diberikan langsung Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kepada Kepala SMP 2 Berau Putriyanti Syahriningsih, dilangsungkan di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta pada 13 Desember 2016. Sebelumnya, SMP 2 memang dipilih Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang sekarang menjadi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, sebagai sekolah adiwiyata tingkat kabupaten. Selanjutnya di tingkat provinsi, SMP 2 juga terpilih sebagai sekolah adiwiyata, sehingga berhak mewakili Kaltim di tingkat nasional bersama SMA 2 Berau.
Kepala SMP 2 Berau bersama dengan dirinya, memang sudah mempersiapkan sekolah sebelum diganjar predikat sekolah adiwiyata tingkat nasional, dengan melakukan penataan taman dan ruang terbuka hijau, hingga melakukan studi banding untuk menambah wawasan dari sekolah-sekolah yang telah meraih predikat sekolah adiwiyata tingkat nasional. “Kalau Ibu Kepsek melakukan studi banding di Jawa Timur, sedangkan saya ke SDN 03 Tanah Tinggi, Jakarta. Dari sana kami banyak belajar agar bisa mendapatkan penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini,” ungkap pria yang sudah bertugas di SMP 2 Berau sejak 2006.
Diakuinya, capaian SMP 2 tidak semata-mata hasil jerih payah pihak sekolah semata. Peran beberapa pihak, seperti BLH dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (sebelum digabung, red), Dinas Kelautan dan Perikanan, serta perusahaan-perusahaan yang ada di Berau. “Bantuan yang mereka berikan itu seperti sosialisasi dan bantuan bibit pohon atau bibit ikan. Karena kebetulan di sekolah kami ini mempunyai kolam ikan,” tuturnya.
Setelah meraih predikat adiwiyata tingkat nasional, tantangan selanjutnya bagi sekolah yang telah berdiri selama tahun 35 tersebut, adalah mengikuti jenjang sekolah adiwiyata mandiri. “Apabila kami berhasil meraih penghargaan yang diberikan langsung oleh Presiden RI ini, bukan hanya sekolah kami saja yang bangga. Namun, nama Kabupaten Berau yang kami bawa tentunya pasti akan semakin dikenal oleh masyarakat luas,” tuturnya.
Sembari menunggu kepastian kapan tim adiwiyata mandiri datang untuk melakukan penilain, pihaknya melakukan persiapan agar kekurangan-kekurangan yang ada segera dibenahi. “Salah satu hal yang telah kami persiapkan adalah, membentuk kader lingkungan dan polisi lingkungan yang berfungsi untuk memantau dan mengontrol apabila ada sampah yang berserakan di sekitar sekolah,” jelas guru IPA ini.
Kader dan polisi lingkungan tersebut dibentuk, agar membantu dirinya dan tim akreditasi dalam menjaga agar sekolah benar-benar bebas dari sampah. “Ada 42 siswa yang menjadi kader dan polisi lingkungan. 42 siswa ini berasal dari seluruh kelas yang ada di SMP 2 Berau,” paparnya.
“Terkadang 42 kader dan polisi lingkungan ini saya bawa untuk membersihkan sampah di luar sekolah. Agar tidak hanya di dalam sekolah saja yang bersih, namun di sekeliling bagian luar sekolah juga bersih,” tambahnya.
Lebih lanjut, selain membentuk kader dan polisi lingkungan. Pihak sekolah yang bekerja sama dengan orang tua siswa telah menyiapkan tempat air minum di masing-masing kelas. Dengan begitu, siswa hanya perlu membawa tempat minuman saja. Hal itu juga untuk meminimalisasi sampah yang berasal dari bungkus jajanan minuman, yang terkadang dibuang secara sembarangan. “Saat ini kami sedang mewacanakan tidak adanya makanan ringan yang memiliki bungkus plastik dijual di kantin sekolah. Apabila hal ini nantinya sudah berjalan, maka siswa hanya tinggal membawa tempat minum dan tempat makanan saja saat belanja di kantin sekolah,” ujarnya.
“Apa yang kami lakukan ini sebenarnya merupakan hasil dari studi banding yang telah kami lakukan di beberapa sekolah. Karena setiap kami bertanya bagaimana caranya agar tidak ada sampah di lingkungan sekolah, mereka selalu bilang sampah-sampah itu berasal dari kantin. Maksudnya adalah makanan-makanan ringan yang dibeli para siswa itu yang menjadi sampah di sekolah,” pungkasnya. (*/udi)
Sumber : http://berau.prokal.co/read/news/47370-tatap-adiwiyata-mandiri-bentuk-polisi-lingkungan.html