Ada ungkapan menyebutkan belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Belajar sesudah besar seperti melukis di atas air. Menanamkan karakter pada anak sejak dini memang tidaklah gampang. Namun hasilnya akan tertanam lama.
Ungkapan itu selama ini dipraktikkan di lingkungan SDN Serayu, Yogyakarta. Sekolah yang berada di Jalan Juwadi No. 2 Kotabaru itu sejak awal mengenalkan kepada siswa pentingnya menjaga lingkungan. Bentuknya melalui program Sekolah Adiwiyata. Sekolah Adiwiyata merupakan satu program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Tujuan Sekolah Adiwiyata menciptakan kondisi sekolah menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah. Terdiri atas guru, murid dan karyawan. Warga sekolah turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. “Sebelum mengikuti Sekolah Adiwiyata kami memulai dengan menjadi sekolah peduli lingkungan pada 2014,” kata Kepala SDN Serayu Kupiyosari Selasa (11/12).
Dari sekolah peduli lingkungan, SDN Serayu ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat Kota Yogyakarta. Setahun berikutnya memenangkan Sekolah Adiwiyata tingkat DIY. Selanjutnya, pada 2016 menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional.
“Pada 2017 kami mulai mendampingi sekolah binaan. 2018 ini sudah memiliki empat SD Adiwiyata tingkat Kota Yogyakarta,” lanjutnya.
Dalam menjalankan program Sekolah Adiwiyata, SDN Serayu menerapkan pemahaman sekolah berbasis lingkungan. Pemahaman itu didukung Kurikulum 2013 (K-13) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Tahun ini, SDN Serayu bersama SMAN 1 Bangutapan, Bantul, dinyatakan menjadi nominasi penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri. Persyaratan Sekolah Adiwiyata Mandiri harus mempunyai sejumlah sekolah binaan.
Saat verifikasi Sekolah Adiwiyata Mandiri, ada empat sekolah binaan SDN Serayu ikut dinilai. Yakni SDN Kiai Mojo, SDN Tegal Panggung, SDN Lempuyangan 1 dan SDN Surokarsan 2. Verifikasi dari Kementerian LHK dilakukan pada November 2018.
Upik, sapaan akrab Kupiyosari, mengakui menjadi Sekolah Adiwiyata prosesnya tidak mudah. Terlebih memberikan pemahaman kepada anak-anak usia SD.
“Perlu proses panjang dan komitmen yang kuat membiasakan kegiatan selalu mengacu pada lingkungan,” tuturnya perempuan yang berulang tahun setiap 26 April ini.
Dikatakan, setelah menjadi juara tingkat provinsi dan maju ke level nasional maupun Sekolah Adiwiyata Mandiri, SDN Serayu selalu mendapatkan pendampingan dari instansi terkait. Di antaranya, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Program Sekolah Adiwiyata didukung penuh orang tua murid. Kelurahan Kotabaru, Gondukusuman dan lingkungan sekitar sekolah.
Lebih jauh dikatakan, menjalankan program Sekolah Adiwiyata tidak untuk setahun atau dua tahun. Namun goal-nya menanamkan karakter anak dan warga sekolah peduli lingkungan. Karena itu, banyak kegiatan selalu berhubungan dengan lingkungan.
Sebelum dan setelah proses pembelajaran didahului membersihkan sekitar tempat belajar. Itu juga berlaku untuk kegiatan ekstrakurikuler. Bahkan menyambut ulang tahun ke-72 pada 2 Mei 2019, SDN Serayu menggabungkan program Sekolah Adiwiyata dengan literasi. Rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak Oktober 2018.
Di antaraya, lomba pidato kelas 4 sampai dengan kelas 6. Begitu juga dengan kelas 1 sampai kelas 3. Lomba pidato temanya lingkungan dan literasi. Ada juga lomba cerdas cermat dengan peserta orang tua wali siswa.
Menjaga kesadaran dan pemahaman Sekolah Adiwiyata perlu dilakukan terus menerus dan berkelanjutan. Padahal, guru ada yang pensiun dan berpindah. Siswa setiap tahun lulus dan berganti dengan siswa baru.
Karena itu, regenerasi dan sosialiasi harus dijaga. Upik ingin melalui Sekolah Adiwiyata mengajarkan anak-anak peduli lingkungan. Juga mencintai tanah air.
“Hal terpenting adalah menanamkan karakter peduli lingkungan. Membiasakan sejak dini menjadi pondasi generasi emas di kemudian hari,” tegasnya. (riz/kus/fn)