SDN Kebun Bunga 5 sangat jauh dari layak enam tahun lalu. Kini, SDN tersebut menjadi rujukan dunia untuk pengelolaan lingkungan, Kondisi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebun Bunga 5, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan sangat jauh dari kata layak. Sekolah itu kerap dilanda banjir setinggi 40 cm lantaran berdiri di atas lahan resapan.
Tidak hanya itu, fisik bangunan juga begitu memprihatinkan, mengingat sudah berumur 40 tahun. Kayu-kayu yang menyangga genteng sebagian besar sudah lapuk dan berbahaya jika digunakan.
Selain itu, bau tidak sedap sudah menjadi hal biasa bagi seluruh warga sekolah. Ini lantaran di seberang sekolah terdapat tempat pembuangan sampah.
Itu potret SDN Kebun Bunga 5 enam tahun lalu. Melalui tangan Rusmaidah, sekolah ini berubah total dari kumuh menjadi keren dan mentereng.
“Pada waktu itu hari saya tergerak. Saya lihat langsung kondisi ini dan bertanya-tanya, bagaimana para siswa dapat belajar dengan baik di tempat seperti ini?” ujar Rusmaidah dalam keterangan tertulis diterima Dream dari humas PT Pertamina (Persero), Selasa, 10 Mei 2016.
“Setelah berbincang dengan pihak sekolah, salah satu guru juga mengatakan bangunan sekolah sudah berumur 40 tahun dan kayunya banyak yang sudah lapuk. Kondisinya sangat memprihatinkan dan membuat saya sedih,” kata dia.
Melihat kondisi itu, Rusmaidah tidak mau berpangku tangan. Dia segera melakukan pembenahan agar sekolah yang dipimpinnya layak digunakan.
Solusi pertama, Rusmaidah membangun daerah resapan air. Kemudian halaman sekolah ditinggikan agar air hujan dapat mengalir ke tempat lebih rendah.
Untuk mengurangi genangan, Rusmaidah kemudian memasang mesin drainase agar air dapat mengalir ke tempat resapan yang sudah dibuat. Resapan tersebut saat ini menjadi kolam memelihara ikan Nila, Patin, dan Lele.
“Setelah semua perbaikan ini selesai, muncul tantangan lain. Karena sekolah ini dekat dengan rawam kualitas air masih sangat keruh,” kata dia.
Rusmaidah lalu berinisiatif membuat dua bak penampungan. Bak penampungan pertama berisi penyaring seperti ijuk, kerikil, arang tempurung yang dialirkan ke bak penampungan kedua berisi kaporit.
“Hal ini bermanfaat untuk mengurangi 20 persen tagihan air ledeng bulanan sekolah,” ucap Rusmaidah.
Prestasi Rusmaidah tidak berhenti sampai di situ. Tiga tahun kemudian, Rusmaidah menyulap SDN Kebun Bunga 5 menjadi sekolah ramah lingkungan. Dia juga ambil bagian dalam pengembangan literasi dan kemampuan baca anak serta warga Banjarmasin dengan mendirikan pendopo belajar serta pojok baca di sejumlah lokasi.
“Para murid juga kami ajarkan cara pengelolaan sampah yang baik. Setiap hari mereka kami minta membawa sampah domestik mereka dan memilahnya menjadi sampah basah dan sampah kering. Sampah basah kami kelola menjadi kompos untuk taman sekolah kami, sedangkan sampah kering kami kumpulkan di Bank Sampah untuk membuat keterampilan,” ujar dia.
Kegigihan Rusmaidah telah mengantarkan SDN Kebun Bunga 5 mencatatkan prestasi dengan meraih penghargaan Adiwiyata Nasional dan Go Nasional. Penghargaan berupa Piala Adiwiyata Mandiri diterima oleh Rusmaidah pada 2015 di Istana Bogor.
Tidak hanya itu, SDN Kebun Bunga 5 kini menjadi tujuan studi banding sejumlah sekolah. Tidak hanya dari Kalimantan, sekolah dari luar negeri seperti Uzbekistan, Tashkent, Korea Selatan, Filipina, dan Jerman sempat berkunjung untuk belajar metode EcoGreen di SDN Kebun Bunga 5.
Selain itu, Rusmaidah juga diganjar dengan penghargaan Local Hero dari PT Pertamina (Persero). Dia dinobatkan sebagai tokoh dengan kategori Pertamina Cerdas pada tahun lalu. (Ism)
Sumber : http://www.dream.co.id/news/perjuangan-rusmaidah-ubah-sekolah-kumuh-jadi-keren-160510s.html