Musibah gempa yang meluluhlantakkan Kota Pidie Jaya, Nangroe Aceh Darussalam beberapa waktu lalu masih membekas di benak seluruh insan di negeri ini. Tak terkecuali bagi Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa SMAN 3 Sragen yang rela melakukan cara unik demi bisa menyumbangkan dana bagi para korban di Aceh.
Suasana sibuk terlihat di ruangan kecil di sebelah timur SMAN 3
Sragen, Sabtu (17/12/2016) pagi. Saat mayoritas siswa lain terlihat bersama orangtua mengambil nilai raport, sejumlah siswa berkaos merah dengan simbol palang merah tampak sibuk menata tumpukan barang bekas berupa kardus, koran dan kertas berkas di ruangan tersebut.
Belasan siswa yang merupakan Tim PMR SMAN 3 Sragen itu, bersama fasilitator PMR dari PMI Sragen, Wahdadi kemudian berbagi tugas untuk menatanya bersama-sama. Ada yang merapikan kardus, ada yang menumpuk dan siswa pria menjadi eksekutor terakhir untuk mengikat dengan tali agar tak lepas.
“Barang bekas ini nanti dijual ke pengepul. Uangnya kita serahkan ke PMI untuk membantu korban gempa Aceh. Alhamdulilah meski hanya dua hari, antusias siswa untuk menyumbang barang bekas sangat tinggii,” ujar Ketua PMR Angkatan V SMAN 3 Sragen, Lusiana Kresti .
Ide menggalang dana peduli lewat barang bekas itu terbersit ketika ia bersama rekan PMR trenyuh melihat penderitaan pengungsi korban gempa Aceh. Dari situlah ide itu kemudian
dikoordinasikan dengan kepala sekolah, guru, dan direktur bank sampah yang sudah dibentuk di SMA-nya. Ide itu pun direspon positif dan kemudian disosialisasikan ke semua siswa lewat pengumuman ke semua kelas hingga disebar lewat media sosial.
Menurutnya aksi peduli lewat barang bekas itu sengaja digagas untuk menumbuhkan rasa solidaritas di kalangan siswa terhadap korban gempa di Aceh. Barang bekas sengaja dipilih sebagai media iuran agar tak membebani siswa sekaligus menanamkan kepedulian lingkungan dengan memberdayakan sampah.
“Kalau iuran uang kasihan nanti membebani. Ternyata dengan barang bekas dan sampah, tetap bisa menunjukkan kepedulian kita pada korban di Aceh. Semoga bisa bermanfaat meringankan beban korban gempa di Aceh,” jelasnya.
Sementara, Koordinator Tim Diklat PMI Sragen sekaligus fasilitator PMR SMAN 3 Sragen, Wahdadi mengapresiasi semangat besar PMR dan siswa SMAN 3 Sragen untuk menggalang dana peduli Aceh lewat sampah. Selain selaras dengan Program PMI Sragen yang mencanangkan go green sejak
2010, kegiatan itu juga positif untuk penyelamatan lingkungan dari ancaman penumpukan sampah.
”Ya baru SMAN 3 Sragen ini yang melakukannya. Ini juga bagus untuk menanamkan karakter serta menyebar virus peduli lingkungan sekaligus peduli terhadap sesama. Ini juga wujud Tri Bakti PMR yakni meningkatkan hidup sehat, berbakti kepada masyarakatdan mempererat silaturahmi,” jelasnya.
Ia berharap kegiatan itu bisa menjadi contoh bagi komunitas atau
sekolah lain. Bahkan ke depan ia menggagas untuk kegiatan dan kas PMR, diharapkan tidak lagi ada iuran pakai uang akan tetapi cukup dengan sampah atau barang bekas yang bisa dijual.
Kepala SMAN 3 Sragen, Bety Marga Sulistyawati mengapresiasi gagasan PMR dan siswanya yang menggalang dana peduli lewat sampah tersebut. Selain menumbukan solidaritas di kalangan siswa, ide itu juga selaras dengan visi misi sekolah yang memang mencanangkan kepedulian lingkungan terlebih barusaja SMAN 3 Sragen meraih penghargaan Nasional sebagai Sekolah Adiwiyata 2016. Wardoyo