Tim penilai dari Pusat Pelatihan Masyarakat dan Generasi Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, mulai melakukan penilaian Adiwiyata di SMA Negeri 1 Penajam Paser Utara (PPU), Senin (17/10/2016). Tim ini meninjau sejumlah titik di sekolah tersebut dan didampingi sejumlah staf dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) PPU.
Tri Hartono selaku tim penilai menjelaskan, sekolah Adiwiyata akan melahirkan banyak manafaat ketika para pelajar sudah mandiri dalam pendidikan yang berwawasan lingkungan. Apalagi dari hasil kreasi mereka juga akan mendatangkan penghasilan, sehingga bisa membiayai dirinya sendiri belum termasuk ilmu dengan mempelajari berbagai jenis nabati dan biota hewani, seperti penataan pepohonan, pengelolaan biota hewani seperti kolam ikan.
“Kita bisa kembangkan ikan jenis apa dan tanaman jenis apa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Mungkin bisa berhasiat seperti ramuan obat-obat herbal, kemudian memelihara unggas yang kandangnya tersedia di lingkungan sekolah,” jelasnya.
Untuk itu, Tri berharap 2017 nanti dari 2,1 hektare lahan yang dimiliki SMAN 1 PPU ini, secara totalitas harus dimanfaatkan secara maksimal termasuk dibuat sebagai taman. Selain itu, tempat-tempat sampah yang belum dikelola dengan maksimal, diharapkan muncul kreativitas dari siswa-siswi sekolah tersebut, sehingga mereka bisa berkontribusi bagi sekolah masing-masing.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 PPU Jamaludin mengatakan, bukan hanya menilai tetapi sekaligus bisa memberikan pembinaan. Untuk itu, ia berharap ke depannya sekolah yang dipimpinnya ini bisa menjadi sekolah Adiwiyata tingkat nasional.
“Karena sekolah ini juga merupakan salah satu titik pantau Adipura, kemudian kita juga merupakan satu-satunya SMA yang diusulkan Pemkab PPU untuk penilaian sekolah Adiwiata nasional, sehingga mudah-mudahan tahun ini penghargaan Adiwiata nasional bisa diraih kemudian akan menuju sekolah Adiwiyata Mandiri,” harapnya.
Untuk menuju Adiwiyata Mandiri diharapkan ada kemandirian yang bisa dilakukan,seperti kemandirian dalam pengelolaan air, sehingga bisa mengelola air sendiri dan memanfaatkan untuk kebutuhan sekolah, sehingga tidak bergantung pada air PDAM. Bukan hanya itu, teknis pembuatan pupuk kandang atau kompos juga diharapkan bisa diproduksi sendiri, kemudin dimanfaatkan untuk kebutuhan sekolah ini, namun tidak menutup kemungkinan akan dijual di luar sekolah. (advertorial/humas8)