Pohon tanjung (Mimusops elengi) terkenal karena bunganya yang harum semerbak mewangi terutama pada waktu pagi. Baunya harum dan dapat tercium dari jauh. Dahulu, para kaum ibu dan gadis-gadis umumnya gemar menyisipkan bunga tanjung pada sanggulnya. Pohon tanjung sungguh pantas di tanam di halaman rumah, selain bunganya yang wangi, biji dan bentuk pohonnya pun elok dipandang. Begitu rindangnya pohon ini membuat seakan-akan tak membolehkan sinar matahari untuk bisa menerobosnya.
Pohon Tanjung berasal dari India, Sri Lanka, dan Myanmar. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Pohon tanjung dapat tumbuh dengan mencapai ketinggian 15 meter, daunnya berbentuk bulat telur namun ada juga bulat memanjang dengan ukuran sekitar 9 -16 cm. Buah tanjung berwarna merah kekuning-kuningan. Panjangnya antara 2–3 cm. Buahnya berwarna hijau kalau masih muda, kalau sudah matang akan berubah warna menjadi kuning kemerahan, bisa dimakan dengan rasa manis agak sepat. Di dalam daging buah terdapat biji yang pipih berwarna coklat kehitam-hitaman yang sering digunakan untuk permainan congklak.
Bunga tanaman tanjung dan aneka bagian dari tanaman ini juga memiliki khasiat obat. Air rebusan kulit kayunya digunakan sebagai obat penguat dan obat demam. Daun segar yang digerus halus digunakan sebagai tapal obat sakit kepala. Daun yang dirajang sebagaimana tembakau, dicampur sedikit serutan kayu secang dan dilinting dengan daun pisang, digunakan sebagai rokok untuk mengobati seriawan mulut. Kemudian kulit akarnya mengandung banyak tanin dan sedikit alkaloid yang tidak beracun. Minyak yang diekstrak dari biji tumbuhan ini mengandung beberapa asam lemak. Akarnya yang dicampur dengan cuka juga dapat digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan.
Sebagai pohon, tentunya pohon tanjung memiliki batang yang kayunya bisa digunakan oleh manusia. Kayunya padat, berat, dan keras. Kayu dari varietas parvifolia yang tumbuh didekat pantai biasanya dipilih sebagai bahan pasak dalam pembuatan perahu, juga untuk tangkai tombak dan tangkai perkakas lain, seperti lemari dan mebel, serta untuk tiang rumah. Varietas ini bisa tumbuh setinggi 25 m dan selebar 40 cm. Kayu tanjung juga baik untuk dijadikan bahan ukiran, patung, penutup lantai, jembatan, dan bantalan rel kereta api.
Sayangnya, kayu tanjung tidak mudah dikeringkan dengan hasil yang baik. Kayu ini cenderung melengkung, pecah ujung dan retak-retak permukaannya apabila dikeringkan. Meskipun relatif mudah dikupas, akan tetapi venir (lembaran tipis bahan kayu lapis) yang dihasilkan cenderung menggelombang. Pengeringan alami harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam waktu lama, pengeringan papan setebal 3 cm (dari kadar air 39% hingga 15%) membutuhkan waktu sekitar 63 hari.
Tanaman Tanjung bisa tumbuh ditempat yang beriklim tropis. Tanaman tanjung ini kurang cocok tumbuh di daerah sub-tropis karena iklimnya tidak sesuai dengan pertumbuhan daun tanaman tanjung ini untuk berkembang biak. Tanah mempunyai peranan yang penting bagi proses pertumbuhan tanaman ini, dimana apabila kondisi tanah kurang baik atau kurang subur karena hara yang dimiliki atau yang dikandung sangat sedikit maka pertumbuhan juga akan terhambat.
Tanaman tanjung banyak dimanfaatkan sebagai pohon pelindung yang terdapat pada jalan–jalan protokol. Selain itu buah tanjung banyak dimakan oleh burung sehingga penyebaran bibitnya mudah menyebar karena bantuan burung yang memakan buahnya dan menjatuhkannya di tempat yang lain. Tanaman tanjung termasuk pada tanaman yang sensitif, sehingga tanaman ini tidak cocok untuk ditempatkan di pinggir jalan atau jalur convergen (penyatuan dua jalan). Tanaman ini memiliki beberapa alasan sehingga digunakan sebagai tanaman pelindung seperti kemampuan tanaman dalam penyerapan pencemaran udara (khususnya Pb) serta penyerap dan penepis bau.
Sumber : PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: id.wikipedia.org